12 Januari 2008

Wedding Party

Selamat menempuh hidup baru. Tau gak siapa yang nikah? Uupps..Inilah keluarga besar Zee Band.

Zee Band Tempo Dulu

Pada formasi ini kesaktian Zee Band sungguh luar biasa. (dari kiri ke kanan; Yuza, Azis, Bowie, Ink, Wati, Veron, Aris, Jimmy dan Toni). Special thank's to : Mas Yosi di Jakarta & Hans Sound System (Acun)..atas kerjasamanya.

Sahabat Musik Kami Terbaik (part II)

Wati....karakter vocalnya sungguh fantastis. Jangkauan nada2 tinggi merupakan mainan doski  sewaktu di zee band. Repertoir lagunya juga ok..R&B, Jazz, Pop di makan habis. Apalagi dangdut..gak di ragukan lagi. Lagu India...di kunyah habis men! Mo tau gak, cengkok dangdutnya asik punya.he..he. Sekarang wati berada di Banjarmasin, menjalankan tugas sebagai karyawati perusahaan telekomunikasi. Ngeband lagi yuk!!

10 Januari 2008

Belakang Panggung

Heri Joni berpose dengan Dirly Idol  seusai penampilannya bersama Zee Band. Heri Joni adalah salah satu penggemar fanatik Dirly Idol...he...he...he

Sejarah Studio Rekaman Indonesia

Sejarah industri rekaman di Indonesia bisa berawal dari dua tempat: Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng Jakarta. 'Lokananta' milik pemerintah, dan banyak melahirkan lagu-lagu daerah, sementara 'Irama' milik Mas Yos, banyak melahirkan lagu-lagu hiburan sebutan untuk lagu pop sekarang. Nama-nama Rachmat Kartolo, Nien Lesmana, sampai Patty Sisters pernah rekaman di 'Irama' yang awalnya hanya sebuah studio kecil di sebuah garasi di Menteng, Jakarta Pusat. Peristiwa rekaman itu terjadi di ujung tahun 1950-an hingga memasuki tahun 1960-an. Lalu, memasuki awal tahun 1970-an, di daerah Bandengan Selatan Jakarta Kota, berdiri studio rekaman Dimita yang dikomandani oleh Dick Tamimi. Studio rekaman ini juga menjadi pioner rekaman lagu-lagu pop, karena di tempat ini nama-nama tenar Koes Bersaudara, Panbers, Dara Puspita, Rasela, lahir. Sampai dengan tahun 1975 Dimita tetap berjaya, bahkan dengan keunikannya: musisi harus berjuang memburu jangkrik, atau rekaman harus break karena ada kereta api lewat. Ini tentu gara-gara akustik studio tidak memadai, sementara teknologi rekaman pun masih me- ngandalkan jumlah track yang kecil: 8 tracks. Dimita memang terletak di pinggir rel kereta api. 'Kecelakaan' ini menyebabkan, begitu lamanya proses rekaman dilakukan. Jika jaman sekarang satu shift dihitung antara 7 atau 8 jam, jaman dulu kala produser rekaman agak membiarkan artisnya berkreasi. Sebab, dari tahun 50-an hingga pertengahan tahun 70-an, studio rekaman tak ada yang disewakan. Pemilik studio adalah eksekutif produsernya sendiri. Perkara berburu jangkrik misalnya. Kamu bakal kaget mendengar cerita Benny Panjaitan, gitaris dan komposer Panbers, tatkala merekam album perdananya di Dimita, berkali-kali harus mencari jangkrik yang mengganggu konsentrasinya ber- nyanyi pada saat vokalis Panbers ini harus take vokal. Dick Tamimi, Mas Yos adalah nama-nama pioner pemilik studio rekaman. Setelah itu muncul raja studio rekaman Indonesia, dan kelak dianggap sebagai produser legendaris yang menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia, yakni Yamin Wijaya atau biasa disebut Amin Cengli yang memiliki studio rekaman Metropolitan kini Musica Studio's dan satunya, sang raja adalah Eugene Timothy, mengomandani perusahaan rekaman Remaco. Remaco pernah menjadi perusahaan rekaman ter- besar di Indonesia, dengan akses kuat ke pergaulan di dunia rekaman Internasional, karena pada saat membuat Piringan Hitam ( PH ), seperti Irama, Lokananta, dan Dimita, Remaco masih memakai perusahan pembuat matris pencetak PH di Singa- pura. Di Remaco, lahir nama-nama besar Bimbo, D'Lloyds, The Mercy's dan kelak Koes Bersaudara yang pada tahun 1967 berubah nama menjadi Koes Plus pun pindah ke tempat ini, karena iming-iming bonus Mercy terbaru untuk komposernya, Tony Koeswoyo. Sementara itu, Amin Cengli banyak mengandalkan pertemanan, antara lain merekam kawannya sendiri, album pop jazz Ireng Maulana. Namun, kelak Metropolitan menjadi perusahaan rekaman besar dengan nama baru Musica Studio's, dan tatkala Amin meninggal dunia semua aset keluarga dan kerajaan bisnis studionya diserahkan pada adik-adiknya, antaralain Indrawati Wijaya (Acin ), Acu Wijaya dan adik-adiknya yang lain. Tatkala Remaco ambruk pada awal tahun 80-an dan Eugene tinggal mengandalkan sejumlah master rekaman yang masih dimilikinya, baik sejak di era rekaman PH maupun kaset rekaman, Musica ganti menunjukkan dominasinya. Di tempat ini diterapkan sistem rekam yang banyak mengandalkan insting humanisme. Dengan cara-cara 'persaudaraan-pertemanan', banyak sekali artis musisi yang mampu bertahan lama, dikontrak jangka panjang oleh Musica. Sebagai contoh nama Chrisye, lebih dari 80% karier rekamannya yang dimulai dari jaman album solo Sabda Alam (1978) sampai album Badai Pasti Berlalu (1999), direkam 'sebagian besar' di Musica. Sebelumnya, bersekutu dengan Eros Djarot, Debbie Nasution, Odink, Ronny Harahap, Guruh Soekarno, Gauri Nasution juga Kompiang Raka yang membawa musisi pentatonik Bali. Chrisye dan Berlian Hutauruk merekam album Guruh Gipsy di studio Tri Angkasa yang 'hanya' 16 tracks di Kebayoran Baru. Rekaman yang disebut terakhir inilah sebenarnya embrio lahirnya album paramusisi 'gedongan', yang melahirkan album monumental Badai Pasti Berlalu, juga album Jurang Pemisah yang digarap Jockie Suryoprayogo. ( 1976 ).   Sumber: www.studiomusik.info

New Comer

Cewek manis kelahiran Pontianak ini adalah pendatang baru di dunia entertainment. Vocalnya bagus dan mempunyai warna. Ketika ikut latihan di Bowie Music Room, cewek manis ini mempunyai impian agar dapat diterima sebagai penyanyi di lingkungan musisi Pontianak. Ngeband ok...Organ Tunggal juga ok. "Jika ingin mengajak aku nyanyi, hubungi mas Bowie saja." ungkapnya di akhir latihan.

Sahabat Musik Kami Terbaik (part I)

Veron Savanoah sekarang bergabung di Olif Band (dream band I). Baru saja merilis album perdana OLIF. Dan saat ini stay di Bandung. Mari kita dukung untuk membeli Kaset dan CDnya. Jangan beli bajakan!

04 Januari 2008

Old & New 2008 di Hotel Santika Pontianak

Pada malam menjelang tutup tahun 2007 dan menyambut tahun 2008, Zee band show di Hotel Santika Pontianak. Pada malam pergantian tahun ini tema yang diusung adalah HAWAIAN NIGHT. Dalam acara ini zee memainkan reggae, latin, akustik dan irama-irama Beat Up. Pihak Santika puas...Pengunjungpun puas. Selamat tahun baru 2008.


Tentang Kami

Zee Band terbentuk pada tahun 1998. Kehadiran Zee Band pada komposisi pertama cukup mendapat tanggapan positif masyarakat dan komunitas Kafe di Pontianak. Tahun berganti tahun komposisi zee band mengalami gonta ganti personil. Hingga tahun ini personil zee band masih di gawangi oleh: Fitri, Mayni, Aris, Ink, Bowie, Toni, Azis dan Yuza. Pada rentang waktu 1998 s/d 2006 zee band aktif di kafe2 papan atas Pontianak. Dan saat ini zee band hanya fokus pada Event Show dan Band Pengiring Artis Ibu Kota. Zee Band juga mengucapkan terima kasih kepada Sahabat2 zee band yang telah pindah tugas ke kota lain. Tiada kata yang bisa kami ucapkan buat mereka; Jimmy, Veron, dan Wati. Kalian adalah sahabat bermusik yang baik bagi kami.......(kami selalu merindukan kalian semua).

Antara Zee Band dan Artis

Krisdayanti, Syaharani, Ruth Sahanaya, Reza, Joy Tobing, Delon, Dirly, Tia AFI, Cindy AFI, Karen AFI, Tantowi Yahya, Arthur Kaunang, Ecky Lamoh, Dike Ardila, Pinkan Mambo, Victor Hutabarat, Dea Mirella, Andien, Eros Sheila On 7, Andi Rif, Deddy Dhukun, AB Three, Benny Panjaitan, Edo Kondologit, Tere, Mr. Ataw dan masih banyak lagi. (Don't worry, kami juga mengiringi artis dangdut lo!!)

Gosip Selebritis


Bowie....Siapakah dia?